SUARA INDONESIA MALANG

Ditulis 52 Tahun Silam, Alissa Wahid Sebut Buku KH Oesman Mansoer Masih Relevan

- 27 October 2020 | 19:10 - Dibaca 1.85k kali
Peristiwa Daerah Ditulis 52 Tahun Silam, Alissa Wahid Sebut Buku KH Oesman Mansoer Masih Relevan
Bedah buku KH Oesman Mansoer yang berjudul ’Islam dan Kemerdekaan Beragama’ di Gedung Pascasarjana, Unisma (26/10).

MALANG - Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Malang (FEB Unisma) bekerjasama dengan Penerbit Kota Tua, dan Gusdurian Malang, menggelar bedah buku KH Oesman Mansoer yang berjudul ’Islam dan Kemerdekaan Beragama’ di Gedung Pascasarjana, Unisma (26/10). Kegiatan ini termasuk dalam rangkaian peringatan Hari Santri Nasional tahun 2020 ini. 

Hadir secara virtual sebagai narasumber, Alissa Wahid, Koordinator Nasional Gusdurian. Ia sangat mengapresiasi di terbitkan ulangnya buku berjudul ’Islam dan Kemerdekaan Beragama’ tersebut. 

Selain mengapresiasi, menurutnya buku KH Oesman ini sangat relevan dengan situasi negara. Keputusan untuk menerbitkan ulang dinilai sangat tepat karena fenomena sosial politik dan identitas yang sedang dihadapi Bangsa Indonesia berkaitan erat dengan isu agama. Buku ini dinilai masih relevan meski ditulis pertama kali tahun 1968 atau 52 tahun silam.

"Buku ini justru sangat relevan, sangat klasik untuk merespon situasi saat ini. Karena memang kondisi bangsa ini mengalami beberapa langkah mundur dalam konteks kemerdekaan beragama. Pada saat kita melangkah mundur, di ujung belakang sana ada buku ini yang sebetulnya menjadi pegangan kita," katanya 

Problematika Indonesia saat ini, menurut Alissa Wahid, ialah soal demokrasi. Ada kecenderungan mayoritarianisme berbasis agama, dan praktek beragama yang eksklusif atau superioritas yang menguat. 

"Semangat buku ini adalah menjadi aku dalam hal ini adalah aku orang Islam, mengingatkan kita yang muslim untuk selalu menyelami apa artinya menjadi orang muslim di Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika," ujarnya

Mengutip isi buku KH Oesman, Alissa menekankan sebagai muslim yang hidup di Indonesia, harus menjaga ruang hidup beragama sebagai sesama warga negara yang tidak radikal dan menjunjung tinggi toleransi. Sehingga mampu menjadi modal utama, sekaligus panduan para umat beragama, khususnya muslim untuk membangun kehidupan berbangsa bernegara yang lebih tepat. 

Turut hadir sebagai narasumber lainnya, ialah Airlangga Pribadi, Ph.D, CEO The Initiative Institute sekaligus Pengajar Departemen Politik, FISIP, Universitas Airlangga. Prof. Dr. Zainuddin, Ahli Sosiologi Agama yang juga Wakil Rektor UIN Malang. Lalu, Pdt. Chrysta Andrea, pengajar di Institusi Pendidikan Teologi Balewiyata, GKJW Malang dan Irham Thoriq Aly, CEO Tugumalang.id serta Direktur Penerbit Kota Tua selaku moderator. 

Prof. Dr. Zainuddin menyampaikan bahwa persoalan agama di Indonesia ini memang sangat krusial dan mudah untuk dijadikan isu. Jika tidak di kontrol secara baik akan kacau. Sehingga organisasi islam pilar negara ini, baik NU maupun Muhammadiyah harus dikuatkan. 

"Itu tidak boleh tidak karena itu (dua organisasi Islam) tergolong moderat. Nah tulisan ini bisa dijadikan acuan. Saya memotret beliau itu sosok inklusif moderat sejajar yang dengan Gus Dur dan Cak Nur. Meskipun beliau dari daerah tapi pemikirannya seprti itu (bagus sekali), tuturnya 

Hal ini dikarenakan, latar belakang KH Oesman yang memakan tradisi akademik, pesantren hingga militer ditambah pengalamannya yang banyak menjadikan beliau sosok yang moderat, pruralisme dan humble. Untuk diketahui, KH Oesman dalah salah satu pendiri kampus Unisma, dan menjadi rektor pertama di kampus ini.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta :
Editor :

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya