MALANG - Aktivis GMNI Malang Raya, Hari Sasongko mengatakan Indonesia kembali kehilangan salah satu putra terbaiknya, yaitu Marsudi Fandi Negara.
"Hari ini, kami dari alumni GMNI menyampaikan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas kepergian almarhum Bapak Marsudi Fandi Negara," ujar Hari Sasongko saat melayat ke rumah almarhum di Desa Bringin, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, Senin (16/03/2020).
Mantan Ketua DPRD Kabupaten Malang itu menyampaikan bahwa almarhum Marsudi Fandi Negara dikenal sebagai intelektual dan aktivis sejati. Marsudi Fandi Negara merupakan salah satu pendiri GMNI di Malang Raya dan ia juga merupakan GMNI angkatan Pertama di Malang Raya tahun 1957.
"Beliau almarhum Pak Marsudi adalah guru saya sejak saya SMA, dia adalah politisi 3 zaman, yaitu orde lama, orde baru dan zaman reformasi. Beliau dulu menjadi ketua DPC PNI (Partai Nasional Indonesia) Kabupaten Surabaya sebelum nenjadi Kabupaten Gresik, beliau juga pernah menjadi Ketua DPC PDI (Partai Demokrasi Indonesia) Kabupaten Malang tahun1982," paparnya.
Pria yang akrab disapa Bung Koko itu menceritakan bahwa almarhum Marsudi Fandi Negara adalah salah satu pendiri Universitas Brawijaya Malang.
Almarhum Marsudi merupakan senior GMNI yang berhasil melobby Rektor Pertama Universitas Brawijaya (1963-1966), Doel Arnowo atau yang dulunya mantan Wali Kota Surabaya (1950-1952) untuk menjadikan Universitas Brawijaya sebagai kampus negeri.
Almarhum Marsudi juga yang melobby Presiden Pertama Indonesia, Ir. Soekarno atau Bung Karno agar tuntutan para mahasiswa mengenai menegerikan Universitas Brawijaya disampaikan kepada Bung Karno.
"Beliau termasuk salah satu pendiri Universitas Brawijaya, yang sebelumnya Sekolah Tinggi Kedokteran Malang menjadi Universitas Kota Praja, beliau bersama Cak Doel Arnowo mantan Walikota Surabaya dan teman-teman GMNI lainnya kritis berdirinya Universitas Brawijaya yang sekarang ini megah tidak seperti waktu beliau mendirikan bersusah payah bekerja keras menjadikan UB sebagai Universitas Negeri di Malang Raya," papar Bung Koko.
Berkat perjuangan alumni GMNI itu, akhirnya Doel Arnowo membawa rombongan Ludruk Marhaen tampil di Istana Negara untuk tampil di hadapan pejabat negara, termasuk Bung Karno.
Dalam penampilannya, Ludruk Marhaen menyisipkan kritikan agar Universitas Brawijaya dinegerikan sehingga pada 5 Januari 1963 status Universitas Brawijaya resmi menjadi Universitas Negeri.
"Menurut beliau nama Brawijaya adalah maksun pemberian dari Bung Karno ketika para pendiri mengajukannya," papar pria yang juga Alumni GMNI angkatan 1982 itu.
Lanjut Bung Koko, pada masa-masa sulit menjelang orde baru dan sesudah orde baru almarhum Marsudi Fandi Negara merupakan pejuang partai yang militan.
"Beliau pernah ditahan sebagai tahanan politik selama 2 tahun. Dan ini merupakan kebanggaan bagi kita semua karena itu sebuah perjuangan menegakkan kebenaran," kata mantan Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Malang ini.
Almarhum Marsudi juga pernah menjadi pengurus DPD PDI Perjuangan Jawa Timur. Ketika itu merupakan masa sulit masa dimana almarhum konsisten mendukung Promega.
"Saat itu ada kongres luar biasa, beliau termasuk saya ikut hadir dalam KLB itu, namun kita di usir. Tetapi kita tetap berjuang walau harus dipulangkan ke Malang," cerita Bung Koko mengingat masa lalunya bersama almarhum.
Perjuangan itu menurut Bung Koko tidak ada yang sia-sia dan selalu membuahkan hasil. Pada pemilu pertama tahun 1999, almarhum Marsudi Fandi Negara diangkat menjadi anggota DPR RI.
"Tentunya perjuangan beliau sangat bermanfaat bagi keluarga dan kawan-kawan. Sebagai anak sebagai murid, saya dulu hampir setiap malam jauh-jauh, kondisi sepi saya kerumah beliau. Saya harus berdiskusi dan Pak Marsudi selalu siap melayani. Itulah namanya kita anak-anak nakal pada waktu itu, ganggu orangtua tapi saya yakin pak Marsudi justru lebih sukak kalau diajak berdiskusi memikirkan masalah negara juga berpikir tentang kebaikan dimasa datang," ujarnya.
Bung Koko berharap pemikiran Almarhum Marsudi Fandi Negara bisa menjadi teladan bagi semua orang.
"Beliau sebagai bapak, sebagai guru, sebagai kawan moga-moga menjadi teladan bagi kita semua khususnya kita-kita yang mengikuti jejak beliau dalam berorganisasi di Malang ini. Semoga apa yang kita hadapi hari ini adalah tantangan dan tentunya bagi beliau khususnya saya pribadi mendoakan semoga beliau diampuni dosanya dan ditempatkan disisi-Nya," ujarnya.
Untuk menghormati dan mengenang jasa-jasa almarhum Marsudi Fandi Negara, Hari Sasongko bersama putri dari almarhum, Tantri Bararoh akan membuat buku perjalanan dan pemikiran Sang Politisi Tiga Zaman, Marsudi Fandi Negara.
"Banyak yang kenal dengan Pak Marsudi, tidak hanya di Malang saja, tapi seluruh Indonesia. Kita bersama putri almarhum, Tantri Bararoh mau membukukan tentang Pak Marsudi sebagai politisi tiga zaman, seorang dari Desa Bringin tapi berlevel Nasional. Semoga perjalanan membukukan Pak Marsudi ini tidak berhenti dan tetap berjalan. Tentunya kami mohon dukungan teman lainnya agar memberikan data tentang beliau semasa hidupnya kepada penulis nantinya," kata Hari Sasongko.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Mohammad Sodiq |
Editor | : |
Komentar & Reaksi